Pernahkah Anda mendengar istilah “puber kedua” pada pria dewasa? Bagaimana jika terjadi suami puber kedua, apa yang perlu muslimah lakukan?
Fenomena puber kedua menggambarkan perubahan dalam diri seorang pria dewasa yang bisa tampak seperti kembali ke masa remajanya. Perubahan ini biasanya terjadi pada usia 35-45 tahun dan bisa mencakup ketertarikan pada hal-hal modis, ketertarikan fisik, atau bahkan perhatian lebih pada penampilan.
Namun, sebelum khawatir, penting bagi seorang istri untuk memahami bahwa puber kedua bukanlah ancaman bagi pernikahan, melainkan peluang untuk memperkuat hubungan suami istri. Dengan pendekatan yang tepat, puber kedua justru bisa menjadi sarana untuk menambah kehangatan dalam rumah tangga.
Berikut ini langkah-langkah yang bisa muslimah tempuh ketika suami mengalami puber kedua:
1. Menerima dan Mensyukuri Perubahan
Langkah pertama dalam menghadapi puber kedua adalah menganggapnya sebagai ketetapan Ilahi yang patut kita syukuri. Bukan hal yang harus dicurigai atau dipersalahkan.
Dengan bersyukur, Anda bisa melihat puber kedua sebagai perubahan yang wajar dan bukan ancaman bagi hubungan. Posisikan perubahan ini sebagai peluang untuk mempererat hubungan dengan suami, bukan alasan untuk memata-matai atau mencurigainya.
Muslimah juga perlu memahami bahwa puber kedua adalah proses alami yang banyak orang mengalaminya. Ia bukan masalah besar.
Menghadapi perubahan ini dengan ketenangan akan mencegah puber kedua berubah menjadi “api” yang membakar rumah tangga. Ia juga bisa menjadi kesempatan untuk meningkatkan keakraban, menjadi peluang bagi suami istri untuk lebih mesra dan saling mendukung.
Baca juga: Suami Posesif
2. Mengajak Suami Mendekatkan Diri pada Allah
Ajaklah suami untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah agar tidak mudah tergoda pada hal-hal yang tidak baik. Dengan berdzikir dan meningkatkan ibadah, suami dapat lebih tenang dan mampu mengendalikan diri dalam menghadapi gejolak yang mungkin muncul di usia ini.
Ajak suami bangun setiap malam untuk sholat tahajud. Perbanyak tilawah berdua. Dan jika bisa, rutinkan puasa sunnah karena puasa merupakan ibadah yang sangat efektif meredam syahwat.
3. Mengingatkan Bahwa Setiap Pria Berbeda
Puber kedua ini sifatnya individual, sehingga tidak setiap pria mengalaminya dengan cara yang sama. Hal ini menghindarkan Anda dari kekhawatiran berlebihan, mengingat setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menghadapi perubahan usia.
4. Pererat Hubungan dan Komunikasi
Dekati suami dengan lembut dan penuh perhatian saat melihat tanda-tanda puber kedua. Sesekali berikan pujian, seperti, “Mas makin ganteng aja, ya.” Rayuan ringan semacam ini tidak hanya akan membuat suami merasa nyaman, tetapi juga membantu menyalurkan perubahan perasaan dan energinya pada tempat yang tepat.
Baca juga: Suami Pencemburu
5. Menjaga Penampilan di Depan Suami
Salah satu cara terbaik untuk menjaga kehangatan rumah tangga adalah dengan selalu tampil menarik di depan suami. Berhias secantik mungkin saat di rumah, dan hindari kesan lusuh. Ini akan membuat suami betah di rumah dan mengarahkan perhatian yang mungkin muncul karena puber kedua hanya untuk Anda.
6. Ciptakan Suasana Rumah yang Nyaman
Rumah yang penuh kehangatan dan kenyamanan akan membuat suami tidak ingin pergi jauh. Buatlah suasana rumah yang romantis dan penuh kasih sayang, sehingga suami lebih suka menghabiskan waktu di rumah daripada mencari hal-hal baru di luar. Perubahan kecil seperti mendekorasi rumah atau menyediakan makanan favoritnya akan membuat suami merasa dihargai.
Baca juga: Suami Mata Keranjang
7. Menghindari Rutinitas yang Membosankan
Kehidupan yang terlalu monoton sering kali menjadi pemicu seseorang mencari kebaruan. Sesekali ajak suami untuk bersantai atau melakukan kegiatan baru bersama agar suasana segar tetap ada dalam rumah tangga. Hal-hal sederhana seperti jalan-jalan, piknik, atau makan malam berdua bisa menjadi momen istimewa untuk menghidupkan kembali suasana romantis.
8. Berkomunikasi dengan Cara yang Santai
Saat suami terlihat berbeda, Anda bisa langsung bertanya dengan nada santai tanpa kesan menuduh, seperti, “Wah, tumben pakai parfum ya, Mas?”
Sikap ini tidak hanya mencegah kesalahpahaman, tetapi juga membuka ruang diskusi yang jujur. Berkomunikasi dengan suasana ringan akan memudahkan keduanya menemukan solusi atas segala tantangan yang mungkin muncul.
9. Tidak Menuduh atau Berasumsi Negatif
Sebelum merasa curiga atau khawatir, pastikan Anda memiliki bukti yang jelas. Hindari terlalu cepat bereaksi negatif dan membentuk asumsi yang tidak beralasan. Menuduh atau curiga berlebihan justru dapat menciptakan masalah baru yang seharusnya tidak ada. Cobalah untuk berpikir positif, dan pertahankan sikap tenang.
Jika perubahan yang suami alami tampak berlebihan, Anda bisa langsung berbicara dengannya. Komunikasi langsung jauh lebih baik daripada mendengar dari orang ketiga. Hindari menanyakan pada orang lain mengenai suami Anda karena informasi dari pihak luar bisa menjadi kabur atau menyesatkan.
10. Menghindari Melibatkan Orang Lain
Dalam menyelesaikan masalah puber kedua, sebaiknya hindari melibatkan orang lain, terutama keluarga, karena hal ini bisa memperkeruh suasana. Meski mungkin mendapatkan perspektif dari orang lain dapat membantu, selalu prioritaskan untuk menyelesaikannya bersama suami.
Terakhir untuk menjadi perhatian bersama, puber kedua bukanlah ancaman, melainkan kesempatan untuk memperdalam hubungan dengan suami. Dengan sikap yang positif, pengertian, dan kasih sayang, Anda bisa mendampingi suami melewati masa ini dengan lebih harmonis. Justru dengan puber kedua, suami istri dapat belajar lebih banyak tentang saling mengerti, mendukung, dan mencintai, sehingga rumah tangga menjadi lebih kuat dan bahagia. [Ummi Liha/WebMuslimah]
Referensi:
- Menyikapi Tingkah Laku Suami karya Muhammad Abdul Ghoffar
- Kado Pernikahan untuk Istriku karya Mohammad Fauzil Adhim
- Cinta Sehidup Sesurga karya Muchlisin BK
- Harmoni Cinta Belahan Jiwa karya Ummi Liha