Beranda Kisah Sirah Shahabiyah Khadijah Binti Khuwailid

Khadijah Binti Khuwailid

0

Khadijah binti KhuwailidInilah wanita pertama yang masuk Islam. Inilah pendamping setia Rasulullah di masa-masa awal dakwahnya. Inilah wanita paling mulia dan paling dicintai Nabi. Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr. Kelak setelah menikah dengan Muhammad yang kemudian diangkat menjadi Nabi, Khadijah dikenal dengan gelar Al Kubra. Ummul Mukminin Khadijah Al Kubra radhiyallahu ‘anha.

Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah bin Al Asham bin Rawahah bin Hajar bin Abd bin Mu’ish bin Amr bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr. Dengan demikian nasab Khadijah bertemu dengan nasab Nabi pada Qushai dari jalur ayahnya dan pada Lu’ay dari jalur ibunya.

Khadijah lahir 15 tahun sebelum tahun Gajah. Lahir dari keluarga mulia, Khadijah tumbuh menjadi wanita mulia pula. Di era jahiliyah sebelum Islam itu, Khadijah terkenal sebagai wanita suci dan terhormat. Karenanya ia mendapatkan gelar ath thahirah (wanita suci). Ia dikenal berkepribadian baik dan juga cerdas.

Suami Khadijah sebelum Menikah dengan Muhammad

Waktu membawa Khadijah tumbuh menjadi dewasa. Khadijah kemudian menikah dengan Abu Halah bin Zurarah At Tamimi. Dari pernikahan itu, Khadijah dikarunia dua orang anak; Halah dan Hindun. Namun menurut Mahmud Al Mishri, Khadijah saat itu hanya memiliki satu anak; Hindun. Abu Halah kemudian wafat meninggalkan Khadijah, ia mewariskan harta yang berlimpah ruah.

Setelah Abu Halah wafat, Khadijah dinikahi oleh Atiq bin Aidz bin Abdillah Al Makhzumi. Dari pernikahan dengan pembesar Quraisy ini, lahirlah dua orang anak: Abdullah dan Jariyah. Namun kemudian Atiq menceraikan wanita mulia ini.

Menjadi Janda Pebisnis yang Kaya Raya

Sejak berpisah dengan Atiq, Khadijah menekuni bisnis perniagaan. Ia menjadi pebisnis yang sukses. Perdagangannya waktu itu sudah antar-negara; antara Makkah dan Syam. Satu saja kafilah dagang Khadijah sudah setara dengan konsorsium kafilah dagang Makkah. Karenanya, bisnis Khadijah menjadi salah satu tulang punggung perokonomian Makkah.

Bisnis yang sukses, harta yang berlimpah dan kedudukan mulia di kalangan Quraisy membuat banyak pemuka Quraisy ingin melamarnya. Namun Khadijah tidak mau. Ia merasa seakan ada sebuah takdir besar yang akan menjemputnya.

Khadijah memiliki seorang sepupu bernama Waraqah bin Naufal, yang merupakan pendeta Nasrani. Waraqah sering menceritakan kepada Khadijah, kisah-kisah para Nabi. Khadijah pun membayangkan betapa besar kemuliaan dan kebaikan mereka, yang hingga detik itu Khadijah belum menemukan ada orang yang sehebat mereka.

Suatu hari, setelah thawaf mengelilingi ka’bah, Khadijah pulang dan beristirahat di rumahnya. Dalam tidurnya, ia bermimpi ada matahari besar yang turun perlahan dari langit Makkah, lalu berhenti tepat di atas rumahnya. Sinarnya menerangi seluruh penjuru dan menyenangkan hati siapa pun yang melihatnya. Khadijah terkejut, dan ia terbangun.

Paginya, Khadijah bergegas menuju rumah Waraqah bin Naufal. Saat ia menceritakan mimpi itu, Waraqah yang tadinya memegang lembaran kitab sucinya, menyimak dengan serius. Ada keterkejutan, tapi bercampur kebahagiaan dalam diri Waraqah.

“Berbahagialah wahai sepupuku,” kata Waraqah menafsirkan mimpi itu, “Jika Allah benar-benar membuat mimpimu menjadi kenyataan, maka cahaya kenabian akan masuk ke rumahmu. Dan darinya akan terpancar cahaya risalah nabi terakhir.” (bersambung)

Penulis: Tim Redaksi Webmulimah.com
Maraji’:
1. Shahabiyah haular Rasul (35 Sirah Shahabiyah) karya Mahmud Al Mishri
2. 100 Mauqif Buthuli lin Nisa’ (100 Kisah Kepahlawanan Wanita) karya Imarah Muhammad Imarah
3. Nisa’ fil Jannah (Wanita-wanita Penghuni Surga) karya Ahmad Abdul Aziz Al Hushain