Wahai Syaikh, suamiku seorang dokter kandungan. Aku sering cemburu padanya, mengingat pekerjaannya yang pasti melihat dan dekat dengan wanita lain. Sebenarnya aku tetap percaya ia mencintaiku dan ia bekerja profesional. Saya juga percaya dengan komitmen agamanya. Tapi jujur, aku masih saja cemburu, dan aku takut persoalan ini menjadi fitnah. Mohon penjelasan dan solusinya. Terima kasih.
JAWABAN
Saya sering bertanya-tanya mengapa banyak lelaki mengambil spesialisasi yang sensitif seperti dokter kandungan ini. Sebaliknya, para wanita muslimah yang menjadi dokter spesialis kandungan amat minim. Padahal muslimah itu idealnya ditangani muslimah. Sehingga mereka tidak malu dan tidak timbul fitnah. Bagaimanapun juga, wanita akan membuka auratnya saat diperiksa kandungannya.
Namun demikian, wahai saudariku, sebaiknya engkau memahami dan menghargai suamimu yang telah menunaikan tugas kemanusiaan. Cobalah lihat dari perspektif ini. Bahwa di tengah minimnya jumlah muslimah yang menjadi dokter spesialis kandungan, ada muslim-muslim yang komitmen dengan agamanya mengambil peran itu sebagai tanggungjawab kemanusiaannya. Engkau sendiri mengakui kesetiaan, profesionalisme dan komitmen agama suamimu. Jika engkau tetap dicintainya dan ia bekerja secara profesional seperti yang engkau sampaikan, ketahuilah bahwa kecemburuan yang berlebihan itu bisa menjadi fitnah bagi dirimu dan keluargamu.
Aku ingin bertanya kepadamu, apakah saat menikah kau sudah tahu bahwa suamimu berprofesi sebagai dokter spesialis kandungan? Jika ia menipumu tentang profesi ini, maka itulah letak permasalahannya. Tetapi jika engkau sedari awal telah mengetahui bahwa suamimu adalah dokter spesialis kandungan, maka engkau harus siap bahwa suamimu pasti bertemu, melihat, mendiagnosa para ibu yang sedang hamil. Kalaupun ia beralih spesialisasi, tetap saja sebagai dokter di zaman sekarang ia juga akan melayani pasien pria dan wanita. Karena setahuku, tidak ada dokter yang memasang plakat di tempat praktiknya “dokter khusus laki-laki.”
Maka yang harus dikelola di sini adalah kecemburuan. Sadarilah bahwa sebagai dokter, suamimu haruslah ramah kepada pasien, suka tersenyum, dan melayani mereka dengan sebaik-baiknya. Bisakah engkau membayangkan, jika dokter cemberut, bermuka masam, berkata kasar, bukankah hal itu akan membuat pasien makin jauh dari upaya sembuh. Mereka bisa merasakan sakit di atas sakitnya. Karenany diantara kode etik dokter adalah menumbuhkan semangat dan harapan dari para pasiennya.
Cobalah mengelola kecemburuan itu. Lawanlah perasaan dan imajinasi bahwa suami akan begini dan begini. Jangan sampai keyakinan bahwa suami setia, suami komitmen terhadap agamanya, termakan oleh keragu-raguan yang bersumber dari syetan. Hilangkan kekhawatiran terjadi apa-apa antara suamimu dan pasiennya. Toh, seorang dokter spesialis dalam praktiknya selalu berada di lingkungan medis yang di sana ada tenaga medis lain, ada kontrol waktu, ada pasien lain yang mengantre dan sebagainya. Hilangkan ketakutan-ketakutan yang tidak beralasan.
Yang tak kalah penting, berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Agar Dia menjaga suamimu dan melindunginya. Menjaga keluargamu dan selalu merahmatinya. Bertawakallah kepada Allah, serahkan segalanya kepada Dia Yang Maha Menjaga. Wallahu a’lam bish shawab. [Disarikan Tim Redaksi Webmuslimah.com dari jawaban Nabil Ibnu Muhammad dalam Kullu Musykilah Zaujiyah Laha Hall (Smart Solving Problema Rumah Tangga)]
suami sedang menolong orang, bu. jangan dicemburui. Doakan saja
[…] JAWABAN […]
Saya seorang muslimah dg profesi dokter,sebenarnya sgt mulia menjadi dr.kandunga itu impian saya.tapi bagaimana bsa tugas dokter kandungan 24 jam untuk rumah sakit sedangkan saya punya suami dan anak.ini alasan kenapa sedikit seorang muslimah mjd dr.kandungan
SUngguh aneh kau wanita, punya suami yang punya profesi mulia malah cemburu. Ngapain masih mikirin fitnah.. yakinlah dan percaya dengan suamimu .