Setiap suami pasti suka memiliki istri yang penyabar. Namun faktanya, tidak mudah menjadi istri penyabar. Apalagi jika dikaitkan dengan marah dan ketersinggungan.
Berikut ini 4 tipe kesabaran istri, yang manakah Anda?
1. Mudah marah sulit memaafkan
Ada kalanya seorang istri itu tipenya mudah marah sulit memaafkan. Suami melakukan sedikit kesalahan, ia marah. Anak salah sedikit, marah. Capek, marah. Ada kondisi tidak sesuai keinginannya, marah.
Sudah begitu, ketika ia marah, ia sulit memaafkan. Seperti dendam dan ketersinggungan yang terpendam.
Tipe seperti ini, umumnya akan menyulitkan keharmonisan rumah tangga. Karenanya, jika kita merasa demikian, hendaklah segera melakukan perbaikan. Jangan sampai bahtera rumah tangga kita karam karena ulah kita sendiri.
2. Mudah marah mudah memaafkan
Tipe kedua ini, wanita yang mudah marah namun ia mudah memaafkan. Dengan adanya sedikit pemicu, ia bisa marah. Namun, ketika penyebab kemarahannya itu telah hilang, marahnya pun mereda dan ia tidak menyimpan dendam.
Kemudahan memaafkan ini menjadikan hubungannya dengan suami tidak terlalu terganggu. Namun karena ia suka marah bisa jadi suami yang masih terganggu dengan sikapnya itu. Karena itu ia perlu memperbaiki diri agar tidak mudah marah.
3. Sulit marah sulit memaafkan
Tipe ini tidak mudah tersinggung, tetapi sekali ia tersinggung, ia akan mengingat-ingatnya. Hatinya terluka dan sulit sekali melupakan apalagi memaafkannya.
Ketika bercanda dengan orang tipe ini, ia tidak mudah sakit hati. Tidak mudah marah. Namun sekali ia sakit hati atau marah, ia sulit keluar dari kondisi itu.
Tidak sedikit rumah tangga yang retak gara-gara sifat seperti ini. Terlihat baik-baik saja, harmonis, tidak pernah marahan, tetapi begitu terjadi perselisihan yang membuat istri tersinggung, hal-hal fatal bisa terjadi karena ia tidak mau memaafkan suaminya. Istri tipe ini perlu berlatih mengelola hati agar mudah memaafkan.
4. Sulit marah mudah memaafkan
Inilah tipe istri terbaik. Istri penyabar. Dia tidak mudah marah, dia tidak mudah tersinggung. Ketika ada suami salah ucap, dia menyadari bahwa suaminya tidak bermaksud begitu. Jika suaminya melakukan sesuatu yang tidak disukainya, ia mencari alasan untuk husnudhan sebelum berdialog dengan suaminya. Ketika anak-anak rewel, ia mencari cara menenangkan mereka. Tidak justru marah-marah yang justru menimbulkan masalah baru.
Kalaupun suatu saat ia benar-benar tersinggung atau marah, ia tidak menyimpannya dalam waktu yang lama. Ia segera memaafkannya. Apalagi jika orang itu adalah suaminya, yang sudah seharusnya ia berbakti kepadanya dan melayaninya. [Webmuslimah]