Beranda Tazkiyah Renungan Saat Tasyabbuh Bukan Menjadi Hal yang Tabu

Saat Tasyabbuh Bukan Menjadi Hal yang Tabu

2
perayaan ulang tahun (Mashable.com)

Happy birth day ya” kata teman-teman kepada saya seraya menyiramkan tepung kanji kepada saya. Sontak saya kaget dan terbengong. Ada apakah ini?
“Eh iya, terimah kasih ya” kata saya kepada mereka. Beberapa teman kemudian memberikan kepada kado kepada saya.

Entahlah, saya masih ingat saat kelas dua MI (setingkat SD) saya pernah diundang ke acara ulang tahun teman saya. Tapi entah kenapa setiap saya minta pesta ulang tahun kepada ayah dan ibu, mereka selalu menolak.

Dari situlah kami lalu saling mengingat tanggal lahir satu sama lain. Dan setiap ada yang teman yang ulang tahun kami beramai-ramai ngerjain lantas kemudian memberikan ucapan dan hadiah.

Saya tidak tahu menahu dengan budaya seperti ini. Yang jelas saat itu saya merasa bahagia karena saya merasa diingat oleh teman-teman. Saya merasa mendapat perhatian dari teman-teman. Dan yang lebih penting lagi saya mendapatkan hadiah. Hehe.

Namun lain halnya ketika saya memasuki pesantren beberapa tahun silam. Saya baru mengerti kalau ini adalah salah satu budaya tasyabbuh (menyerupai orang-orang kafir).
“Dek, itulah adalah budaya orang-orang kafir” kata ustadzah, saat saya mengikuti mentoring.
“Karena budaya merayakan hari lahir, hari kematian, valentine day dan hari-hari tertentu yang lainnya adalah budaya yang lahir dari kebiasaan mereka. Maka tak seharusnya kita mengikuti mereka. Karena itu artinya kita sama saja dengan mereka” lanjut beliau.

Saya lalu mencoba mencoba mencari hadits atas apa yang dikatakan ustadzah, dan saya menemukan satu hadits berikut dalam kitab Riyadush Sahlihin, :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya orang Yahudi dan Nasrani tidak suka menyemir rambutnya, maka hendaknya engkau berpenampilan berbeda dari mereka” (Muttafaq ‘Alaih).

Dari hadits di atas dijelaskan bahwa Rasulullah melarang kita untuk berpenampilan menyerupai orang yahudi dan nasrani. Baik itu budaya maupun adab sehari hari. Kita diminta untuk berpenampilan berbeda, hal ini agar kita bisa membedakan antara seorang muslim dengan Yahudi dan Nasrani. Selain itu dengan berpenampilan berbeda dari mereka akan menunjukkan identitas kita sebagai seorang muslim.

Hadits yang lebih umum dan menjadi kaidah: man tasyabbaha bi qaumin fa huwa minhum. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia bagian dari kaum tersebut.

Namun, sayangnya pada zaman seperti sekarang ini tasyabbuh bukan lagi menjadi hal yang tabu. Orang-orang yang dulunya malu untuk melakukan hal itu, kini sudah menjadi hal biasa, bahkan akan aneh tidak lakukan. Seperti pacaran, tunangan, perayaan ulang tahun, perayaan tahun baru, yang kesemuanya itu berasal dari kebudayaan Yahudi dan Nasrani. Justru kebudayaan Islam yang diajarkan oleh Rasulullah malah menjadi hal yang tabu di masyarakat, sehingga citra islam kian hari kian memudar.

Waallahu a’lam bish-shawab. [Ukhtu Emil/Webmuslimah]

2 KOMENTAR

  1. Bagaimana dengan orang yang merayakan ulang tahun seperti syukuran? Misalnya mengajak anak anak yatim, mengganti kue dengan tumpeng?

Komentar ditutup.