Tidak banyak orang yang bisa menafsirkan mimpi. Yang paling pandai adalah Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Sedangkan di kalangan para ulama, yang paling pandai adalah Ibnu Sirin rahimahullah; seorang tabi’in terkemuka di Basyrah.
Rasulullah menuntunkan agar tidak menceritakan mimpi buruk kepada orang lain. Namun sering kali orang yang bermimpi buruk justru ingin mengetahui tafsirnya.
فَلَا يُحَدِّثْ بِهِ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَلْيَتْفِلْ ثَلَاثًا وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ
“Siapa yang bermimpi yang tidak disukainya, hendaklah meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatannya dan dari kejahatan setan, dan hendaklah meludah tiga kali dan jangan menceritakannya kepada seorang pun, niscaya mimpi itu tidak membahayakannya.” (HR. Bukhari)
Ibnu Sirin yang ahli menafsirkan mimpi pun sebenarnya enggan jika ditanya tafsir mimpi buruk. Pernah seseorang bertanya tentang makna mimpinya yang melihat gelas berisi air. Gelas itu pecah dan tinggal airnya. Ibnu Sirin menolak menafsirkannya. “Anggap saja engkau tak pernah melihat mimpi itu,” kata Ibnu Sirin.
“Tapi aku melihatnya,” kata pria tersebut mendesak Ibnu Sirin menjelaskan tafsirnya.
“Istrimu saat ini hamil. Ketika melahirkan, ia akan meninggal dan bayinya selamat,” akhirnya Ibnu Sirin mengungkapkan rahasia mimpi itu. Pria tersebut takut.
“Aku tidak pernah melihat mimpi itu,” katanya menghibur diri. Sebab istrinya saat ini memang sedang hamil.
Beberapa waktu kemudian, apa yang ditafsirkan Ibnu Sirin benar-benar terjadi. Ketika istri pria tersebut meninggal setelah melahirkan bayinya. [Webmuslimah]