Beranda Ilmu Islam Fiqih Hukum Thaharah

Hukum Thaharah

0

Thaharah merupakan hal yang sangat penting dalam Islam, yang menghendaki muslim dan muslimah bersih secara lahir dan batin. Thaharah selalu menjadi bab pertama dalam kitab-kitab Fiqih. Hukum thaharah dapat dijelaskan sebagai berikut:

Suci badan (dari hadats dan najis), pakaian (dari najis), dan tempat (dari najis) merupakan syarat sahnya shalat. Untuk mencapai kesucian badan, pakaian dan tempat, tidak ada jalan lain kecuali dengan thaharah. Dengan demikian hukum thaharah menjadi wajib.

Islam sangat mengutamakan kebersihan lahir dan batin. Dalam banyak ayat, Allah memfirmankan urgensi kesucian batin. Islam juga mengaitkan bersuci dengan keimanan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ

“Bersuci adalah separuh dari iman” (HR. Muslim)

Semangat menjaga kebersihan ini tampak pula dalam aturan detail tentang thaharah, yang pada agama-agama lainnya mungkin tidak mendapatkan porsi besar. Wudhu, mandi dan tayamum dijelaskan secara rinci dalam hadits dan diuraikan panjang lebar oleh para ulama dan mujtahid. Pun dengan permasalahan khas muslimah; darah kebiasaan wanita –haidh, nifas dan sebagainya- juga dijelaskan dengan gambang. Demikian pula bab najis dan cara membersihkan benda-benda yang terkena najis. Pendek kata, Islam sangat mengutamakan kebersihan dan mendudukkan thaharah pada level yang sangat penting.

Demikian pentingnya thaharah, Islam menyediakan berbagai alternatif pada kondisi tertentu atau darurat, agar muslim dan muslimah tetap dapat melakukan thaharah di tengah keterbatasan kondisi dan situasi. Semisal tidak ada air, bukan berarti thaharah ditiadakan dan shalat tidak dapat dilaksanakan. Tetapi Islam menyediakan solusi untuk kondisi itu berupa tayamum. Pun saat seorang muslim dan muslimah sakit yang tidak boleh terkena air, tayamum juga menjadi solusi.

Bahkan, pentingnya thaharah juga dapat kita lihat dari perhatian Al Qur’an yang secara spesifik menjelaskan tata cara wudhu dan tayamum.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Maidah : 6)

Demikianlah hukum thaharah dalam Islam. Insya Allah secara detail, thaharah akan kita bahas pada artikel-artikel Fiqih berikutnya. Wallahu a’lam bish shawab. [Tim Redaksi Webmuslimah.com]