Beranda Kisah Kisah Hikmah Lelaki Itu Datang dari Langit

Lelaki Itu Datang dari Langit

0
Lelaki cacat pergi ke masjid (Kaskus.id)

Sudah hampir satu bulan persiapan ujian akhir pendidikan dokter spesialis ini kupersiapkan. Mulai dari membaca ulang catatan ringkasan materi-materi kuliah, bertanya ke teman-teman yang sudah ujian duluan tentang kira-kira pertanyaan apa yang akan diajukan tim penguji.

Aku juga meminta doa ke orang tua, suami, mertua, anak-anak, dan semua saudara serta mempersiapkan anak-anak agar selalu terjaga kesehatannya, karena ada lima amanah anak yang harus kuperhatikan.

Aku tidak ingin memperpanjang masa kuliah ini dengan alasan sibuk merawat anak, sehingga aku benar-benar harus bisa memanajemen waktuku dengan baik. Maka aku berusaha semua urusan kuliah selesai kukerjakan di Rumah Sakit tempat aku menimba ilmu. Mulai belajar, membuat laporan kasus, membuat referat, membuat tugas akhir dan lain-lain. Alhamdulillah sepanjang perjalanan dari rumah ke Rumah Sakit kurang lebih satu jam aku bisa manfaatkan waktu untuk membaca text book.

Waktu ujian semakin mendekat sementara pasien yang harus kupersiapkan belum kunjung kudapat. Hati ini mulai khawatir sampai-sampai sempat terbesit jangan-jangan aku tidak bisa mengikuti ujian ini karena tidak bisa melakukan satu sesi ujian yaitu operasi mata.

Mulailah kami semua peserta ujian hunting pasien dengan berbagai cara, antara lain bakti sosial, skrining ke puskesmas, klinik, dan lain-lain. Dan hasilnya dari 10 peserta yang akan ujian hanya aku yang belum dapat pasien. Panik, itu yang ada di pikiranku karena sampai tujuh hari sebelum ujian pasien itu belum juga kudapatkan.

Berjuntai doa kupanjatkan siang malam kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar mempermudah proses ujian akhir ini.

Dosen pendamping ujian operasi sudah mulai menanyakan bagaimana kondisi pasien kandikat operasi, apakah keadaan secara umum normal atau ada sesuatu. “Dok, bagaimana ini? Sampai hari ini belum ada pasiennya” jawabku saat itu sambil menahan air mata yang mau tumpah. Sebenarnya kemarin sudah ada pasien yang sesuai dengan kriteria tapi ternyata pasien ada sesuatu kondisi yang tidak memungkinkan untuk dioperasi.

Aku sudah mulai tidak konsentrasi lagi untuk belajar karena terpecah pikiranku untuk mendapatkan pasien yang memenuhi kriteria.

Di malam itu aku ingat sekali, hari Kamis, merupakan hari terakhir untuk memastikan apakah harapanku untuk mendapatkan pasien kandidat ujian bisa kulaporkan ke dosen pendamping. Sampai akhirnya pukul 19.00 ada telpon dari dosenku yang mengabarkan kalau aku disuruh ke tempat prakteknya.

“Ini pasien yang rumahnya kira-kira 40 Km dari tempat praktekku, tiba-tiba saja datang untuk minta operasi. Setelah kujelaskan biayanya, pasien ini ternyata tidak mampu untuk memenuhinya. Dan aku jadi ingat kamu yang sedang mencari pasien. Semoga memenuhi kriteria ya, besuk segera cek darah dan lain-lain,” kata dosenku.
“Baik Dok, terima kasih sekali”

Pagi hari aku bergegas ke Rumah Sakit untuk mempersiapkan pasien tersebut. Dan alhamdulillah siang harinya semua hasil cek darah dan foto thorax sudah selesai dengan hasil dalam batas normal. Pasien dan keluarga kuberitahu kalau hari Senin akan kuoperasi segera. Lalu putri bapak tersebut bertanya, “berapa biayanya, Dok?” Sambil tersenyum kukatakan “Semua biaya gratis, Mbak…”

Tiba-tiba wanita itu menangis sambil bersimpuh di kakiku sembari mengucapkan “Alhamdulillah… matur suwun nggih Dok, kulo tiyang mboten mampu saestu..” (Alhamdulillah… terima kasih ya Dok, saya orang yang benar-benar tidak mampu).

Sore hari aku melaporkan kondisi pasien lelaki tersebut ke dosen pendamping ujian operasi. Lalu komentar beliau “Lelaki itu datang dari langit, untuk memudahkan urusanmu”

Aku semakin bersyukur pada Allah karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. [DwiKap]

BERIKAN TANGGAPAN

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini